Minggu, 19 Mei 2019

Makalah Pengembangan Kurikulum

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM (LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS)

Logo
Kampus


KELOMPOK I:
AHMAD SATRIA (170103050)
ANDI SETIAWAN (1701030)
DINA ULYA ROSA (17003033)
RUSKINI (1701030
WENI ERNITA (1701030


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) MATARAM
2019





KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji milik Allah SWT, Tuhan pencipta seluruh jagat raya, mempersembahkan segala sesuatu yang tertata disana untuk kebaikan seluruh penghuni-Nya. Shalawat serta limpahan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan banyak perhatian berkaitan dengan kandungan dari makalah ini, karena penulis sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki sehingga berdampak pada hasil dari makalah ini yang kurang maksimal. Terlepas dari semua itu , dengan tangan terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak,  baik dari dosen pembimbing mata kuliah ini maupun teman-teman seperjuangan. Tidak lain untuk memacu kreatifitas dan menambah warna-warni khazanah keilmuan kita semua. Akhirnya tindakan yang kita lakukan atas nama kebaikan, semoga menjadi suatu usaha positif dan dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan komunitas kehidupan kita pada umumnya. Segala kekurangan milik manusia dan kesempurnaan adalah milik Allah Swt.
Demikianlah makalah yang penulis susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang berkenan(sopan) penulis mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat.


Mataram, Maret 2019

Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
      1.1 Latar Belakang
      1.2 Rumusan Masalah
      1.3 Tujun dan Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
     2.1 Landasan Filosofis
     2.2 Landasan Psikologis
BAB III
       3.1 Kesimpulan…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………













BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan suatu negara salah satunya ditentukan oleh pendidikan bangsanya. Dibalik pendidikan yang berkualitas ada kurikulum yang berperan penting di dalamnya. Kurikulum sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan komponen sekaligus penyangga sistem pendidikan. Kurikulum ikut berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan masa kini. Agar kurikulum berjalan sesuai harapan, kurikulum harus memiliki landasan yang kuat. Hal ini dimaksudkan agar saat mengembangkan kurikulum,secara acuan dasar sudah dimiliki sehinggga kurikulum dapat diarahkan dengan lebih baik. 
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam dan sesuai dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat sebuah rumah yang harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kuriulum sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya. Bila landasan rumahnya lemah, maka yang ambruk adalah rumahnya sedangkan jika landasan kurikulum yang lemah dalam pendidikan maka yang ambruk adalah manusianya.
Perkrembangan kurikulum bberapa tahun terakhir ini menjadi sorotan utama dalam bidang pendidikan.oleh karena itu, penulisan topik mengenai landasan pengembangan kurikulum ini dirasa perlu untuk sedikit banyaknya memaparkan tentang kurikulum dan landasan yang mendasarinya.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memudahkan penulisan dalam mengkaji bahasan topik landasan yang pengembangan kurikulum,maka penulis menyajikan beberapa rumussan masalah sebagai berikut :
Apa yang dimaksu dengan landasan filosofis?
Apa pengertian landasan psikologi?

Tujuan 
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini antara lain untuk mendeskripsikan apa itu landasan filosofis dan landasan psikologi




BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN FILOSOFIA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada tiga landasn pengembangan kurikulum, yakni lndasan filosofis,psikologis dan landasan sosilogis-teknologis ketiga landasan tersebut diuraikan dibawah ini 
1.landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum 
filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok seperti:hendak dibawa kemana siswa yang  di didik itu? Masyarakat bagaimana  yang harus di ciptakan melalui ikhtiar pendidikan? Apa hakikat pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? norma-norma atau sistem nilai yang bagaimana  yang harus diwarisakn kepada anak-anak didik sebagai generasi penerus?bagaimana seharusnya proses pendidikan itu berlangsung?
Sebagai suatu landasan fundamental filsafat memegang peran penting dalam proses penggabungan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama,filsafat dapat menetukan arah dan tujuan pendidikan dengan filafat sebagai pandangan hidup atau value system,maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu.kedua, filsafat dapat menetukan isi atau materi pelajaran yang harus dierikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Keiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cra pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.
1). Asas Fillosofis
Asas ini berkenaan dengan sistem nilai.sistem ini merupakan pandangan seseorang tentang sesuatu terutama brkenaan denganarti kehidupan.
Pandanga ini lahir dari kajian seseorang terhadapa suatu masalah ,atau norma-norma agama dan sosial yang dianutnya.perbedaan pandanga dapat menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang doberikan kepada anak didik.
Untuk dapat melaksanakan pendidikan berlandaskan kepada filsafat yang dianut, seseorang guru harus merinci arti pandang annya itu dalam suatu rumusan perbuatan yang jelas. Kejelasan ini dapat menuntun kearah apa yang patut dilakukan dalam proses pendidikan. Sebagai contoh, seseorang guru memandang bahwa pendidikan diarahkan agar anak didik takwa kepada tuhan yang maha esa. Selanjutnya harus dijabarkan apakah yang dimaksud dengan takwa, bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa, apakah yang patut dilakukan dan tidak patutu dilakukan oleh orang takwa.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1)filosofis : (2) psikologis : (3) sosial budaya: (4) ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan Filosofis 
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama hlnya seperti dalam filsafat pedidikan, kita dikenalkan pada  berbagai aliran filafat, seperti perenialisme,esensialisme,eksistensialisme,progresivisme,dan rekonstruksivisme.dalam pengembangan kurilkulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu,sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan  merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), dibawah ini diuraikan tentang isi dan masing-masing aliran filsafat,kaitannya degan pengembangan kurikulum.
Perenealisme lebih menekankan pada keabadian,keidealan,kebenaran,dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegitan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut,kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih beriorentasi kemasa lalu.
 Esensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat enjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika,sains dan mata elajaran lainnya dianggap sebagi dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup dimasyarakat. Sama halnya dengan perenealisme,esensialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme meneknkan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang  mesti memahami dirinya sendiri.aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup didunia ? apa pengalaman itu ?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.progresivisme merupaka landasan bagi pengembangan belajar pesrta didik aktif. 
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme,peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berpikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berpikir kritis, memecahkan masalah,dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Perenealisme, Esensialisme, Eksistensialisme,merupakan aliran filsafat yang mendasar terhadap pengembangan model kurikulum subjek-akademis adapun, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan model kurikulum pendidikan pribadi. Sementara,filsafat rekonstruktivisme bnyak diterapkan dalam pengembangan model kurikulum interaksional.
Masing-masing aliran fiilsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu,dalam praktik pengembangan kurikulum,penrapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara efektif untuk lebih mengompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini,pda beberapa negara dan khususnya di indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dlam pengembangan kurikulum,yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajiannya,filsafat dapat dibagi dalam dua cabang besar, yaitufilsafat umum (filsafat murni) dan filsafat khusus(filsafat terapan).
Cabang filsafat umum terdiri atas:
Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi (a) metafisika umum atau ontologi, dan (b) metafisiska khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi(hakikat ketuhanan), dan antropologi filsafat (hakikat manusia).
Epistemologi dan logika,membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan,metode mencari pengetahuan,kesahihan pengetahuan,dan batas-batas pengetahuan); dan hakikat penalaran (induktif dan deduktif ).
Aksiologi membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika(hakikat kang filsafat kebaikan),dan estetika (hakikat keindahan),
Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya didasarkan pada kekhususan objeknya,antara lain: filsafat hukum,filsafat sejarah,filsafat ilmu,filsafatreligi,filsafat moral,filsafat ilmu,dan filsafat pendidikan.
1). Manfaat Filsafat Pendidikan 
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan demikian, filsafat memilki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi bberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak-anak melalui pendidikan di sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirakan untuk mendidik anak-anak kearah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara
Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkn melalui usaha-usaha pendidikan itu?
Filsafat dan tujuan pendidikan meberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidiki menilai usahaya,hingga mankah tujuan itu tercapai.
Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.
2). Filsafat dan tujuan pendidikan 
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan menetukan,terutama dalam menetukan arah dan tujuan pendidikan. Filsfat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat memengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Adapun tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demikian,sistem nilai dan falsafah yang dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dimungkiri akan memengaruhi tujuan pendidikn di negara tersebut. Oleh karena itu,tujuan pendidikan disuatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan dinegara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.
2.2 LANDASAN PSIKOLOGIS
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakikat perkembangan, penahapan perkembangan, aspek-aspek perkembngan, tugas-tugas perkembangan individu,serta hal-ha l lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang prilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek prilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. 
Masih berkenaan dengan landasan psikologis.Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer,ella yulaelawati mengemukakan pengrtian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan refrensi kriteria yang efektif dan/ penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi,” 
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang lima tipe kompetensi, yaitu:
motif:sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
Bawaan, yaitu karakteristik fisik yang mersepon secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
Konsep diri, yaitu tingkah laku,nilai atau image seseorang.
Pengetahuan, yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
Keterampilan, yaitu kemapuan melakukan tugas secara fisik maupun mental. 
Kelima kompetensi terebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cendrung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkankonsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang, kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan ) lebih mudah dikembangkan, pelatiham merupakan hal tepat untuk menjamin emapuan ini sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangan.     
LANDASAN PSIKOLOGIS
Kondidi psikologis merupakan kondisi psiko-fisikseseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dan cirri-ciri kehidupannya, baik yag tampak, perilaku kognitif,afektif dan psikomotor. 
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi inipun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan, dan status individu dan antara individu-individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya. 
Peserta didik adalah individu  yang sedang berbeda dalamproses perkembangan. Tugas utama sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembanganpeserta didik secara optimal. Karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola perkembangan individu menjadi kajian psikologi perkembangan. Perkembangan atau kemajuan yang dialami anak   sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik berlansung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah. Pendidik arau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan berbagai kegiatan dengandukungan berbagai alat bantu pengajaran agar mereka belajar.
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendudkung pengembangan kurikulum yaitu, psikologi perkemangan dan psikologi belajar. Kedudnya sangat diperlukan baik didlam merumuskan tujuan memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Psikologi perkembangan
Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuantentang perkembengan individdiperoleh melalu studi yang bersifat longitudinal, cros sectional, psikoanalitik, sosiologi atau studi kasus. Studi longitudinal menghimpun imformasi tentang perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari saat lahir sampai dengan dewasa  seperti yang pernah dilakukan oleh, williard C. Olson. Metode cross sectional pernah dilakukan oleh Arnold Gessel ia mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat cirri=cirri fisik yang mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta perilaku mereka. Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund freud beserta para pengikutnya. Studi ini lebih banyak diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya terutama pada masa kanak-kanak(balita). Menurut mereka pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa balita ini dapat mengganggu perkembangan pada masa-masaberikutntya. Metode sosiologik digunakan oleh Robert Haviighurts. Ia mempelajari perkembangan anak dilihat dari  tuntutan atas tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan oleh masyarakat. Tuntutan akan tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Ada seperangkat tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai individu dalam setiap tahap perkembangan. Metode lain sering digunakan untuk mangkaji perkembangan anak adalah studi kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu para ahli psikologi perkembangan anak. Studi demikian pernah dilakukan oleh jean piaget tentang perkembangan kognitif anak.
Individu manusia adalah sesuatu yang sangat kompleks tetapi  unik. Ia memiliki banyak asfek seperti asfek jasmani, intelektual,sosial, emosional, moral, tetapi keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang khas. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Seorang anak mungkin lebih cepat perkembangannya pada tahap tertentu, tetapi lambat pada tahap lainnya, atau perkembangan aspek tertentu lebih cepat dengan aspak lainnya.

Teori perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu. Yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan difrensial (diferential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach). Menurutpendekatan penahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan yang tahap lainnya. Pendekatan difrensial melihat bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan atas dasarperbedaan dan persamaan tersebut individu dikategorikan atas kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan tahap yang lainnya. Berkaitan dengan hal itu dikenal pengelompokan yang bersifat bipolar seperti:
Introfert - ekstravert
Dominan - submisit
Agresif - pasif
Aktivitas tinngi - aktivitas rendah
Kholerik - melanholik
Kedua pendekatan tersebut berusaha untuk menarik atau membuat generalisasi yang berlaku untuk semua individu. Dalam kenyataan seringkali ditemukan adanya sifat-sift individual, yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Pendekatan yang baerusaha melihat karakteristikindividu-individu inilah yang dikelompokkan sebagai pendekatan isaptif.
Robert J.Havinghurts menyusun fase-fase perkembangan atas dasar problema-problemayang harus dipecahkan sdalam setiap fase. Tuntutan akan kemampuan memecahkan problema dalam setiap fase perkembangan ini oleh Havinghurts disebutnya sebagai tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Ada 10 kelompok tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada setiap fase yang membentuk pola, yaitu pola:
Kebergantungan-keberdirisendirian
Member-menerima kasih sayang 
Hubungan sosial 
Perkembangan kata hati
Peran bio-sosio dan psikologis
Penyesuaian dengan perubahan badan 
Penguasaan perubahan badan dan motorik
Belajar memahami dan mengontrol lingkungan fisik
Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem symbol
Kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta
Jean piaget mengemukakan tahap-tahap perkembangan dari kemampuan kognitif anak. Dalam perkembangan kognitif menurut piaget, yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-konsep. Melelui penguasaan konsep-konsep itu, anka mengenal lingkungan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapi dalam kehidupannya. Ada empat tahap perkembangan kognitif anak menurut konsep piaget, yaitu:
Tahap sensorimotor, usia 0-2 tahun
Tahap praopersional, usia 2-4 tahun
Tahap konkret operasional, usia 7-11 tahun
Tahap formal operasional, usia 11-15 tahun
Tahap sensomotor disebut juga discriminating and labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal, waktu sekarang, dan ruang yang dekat saja. Masa operasional atau prakonseptual disebut juag masa intuitif dengan kemampuan menerima perangsang yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, pemikirannya masih statis dan belum dapat berfikir abstrak,persepsi waktu dan tempat masih terbatas. Masa konkret operasionaldisebut juga masa performing  operation. Pada tahap ini  anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi. Masa formal operasional disebut juga proporting thinking, pada, pada masa ini anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi. Mereka sudah mampu berfikir secara deduktif, induktif, menganalisis, menyintesis, mampu berfikir abstrak dan berfikir refleksif. Untuk memecahkan berbagai masalah.
Landasan filosofis dan psikologis ini sangatlah penting bagi perkembangan kurikulum karena Sebagai suatu landasan fundamental filsafat memegang peran penting dalam proses penggabungan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama,filsafat dapat menetukan arah dan tujuan pendidikan dengan filafat sebagai pandangan hidup atau value system,maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu.kedua, filsafat dapat menetukan isi atau materi pelajaran yang harus dierikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Keiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cra pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan 



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari makalah ini bahwa landasan filosofis pengembangan kurikulum merupakan,Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peran penting dalam proses penggabungan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama,filsafat dapat menetukan arah dan tujuan pendidikan dengan filafat sebagai pandangan hidup atau value system,maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu.kedua, filsafat dapat menetukan isi atau materi pelajaran yang harus dierikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Keiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cra pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan. Adapun landasan psikologi menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakikat perkembangan, penahapan perkembangan, aspek-aspek perkembngan, tugas-tugas perkembangan individu,serta hal-ha l lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang prilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek prilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.



   








DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya,Wina.2015.”Kurikulum dan Pembelajaran”.Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri.

Ali, Sudin.2014.”Kurikulum dan Pembelajaran “.Bandung:LIPI Press.

Trianto ibnu badar at-Taubany Hadi Suseno.2017.” Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah”.Depok: PT Karisma Putra Utama.

Syaodih ,Nana ,Sukmadinata. .2009.”Pengembangan Kurikulum Teori
danPraktek”.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

SEKOLAH KADERISASI RAYON IBNU SINA

  (e-koran rayon ibnu sina) Edisi:013 Pengurus Rayon Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ibnu Sina ke 15 Komisariat UIN Mataram Men...